Tampilkan postingan dengan label guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Januari 2010

SAAT AKU MENGAJAR

Sebagai seorang guru agama Islam, yang senantiasa mengawali pelajaran dengan salam, gretting ‘Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuhu’, seluruh siswa serentak menjawab ‘Wa’alaikumus salam warohatullohi wabarokatuhu’, hampir tidak ada jawaban lain. Pada hal boleh juga dijawab ‘Alaikumus salam…’ atau ‘Wallahohu yusallimuka’ tidak tahu, apakah siswa memang tidak ‘tahu’ ataukah ‘sungkan’ menjawab salam gurunya dengan selain ‘wa’alaikum salam…’ Lalu saya sambung dengan ‘How are you?’ jawaban mereka juga sama ‘I am fine, thanks’ padahal ada jawaban lain ‘very well, thanks’ atau ‘very good, thanks’. Mengapa jawaban siswa cenderung sama? Apakah biar seragam dan kompak, yang tampaknya ‘indah’ ataukah kalau dijawab berbeda tampak gak bersatu lantas gurunya ‘marah’.
Kenyataan demikian mungkin bukan hanya saya yang mengalaminya, hampir setiap guru pasti merasakan demikian. Wajarlah bila siswa menjawab ‘salam guru’ beragam, itu sebuah kreatifitas, kebebasan berpendapat, inovatif yang akan memperluas cakrawala berpikir mereka, dan guru tidak usah kaget dengan beragamnya jawaban siswa, to mereka akan kita ciptakan tetap dalam keragaman.
Terkadang ada guru yang ‘maaf’ kurang wawasan atau ingin dihormati, disegani siswa sehingga harus menegur perilaku siswa yang ‘beda’, memaksa siswa harus sama, seirama hanya agar tampak kompak, serasi dalam kebersamaan. Keserasian dan kebersamaan itu sangat perlu dan sangat dibutuhkan tetapi kebersamaan dalam ‘perbedaan’ bukankah Allah swt menciptakan makhluknya beraneka ragam agar mereka saling menghargai, saling menghormati dan saling bekerja sama. Itulah keindahan yang sebenarnya, keindahan yang ‘hakiki’ bahkan jin dan manusia yang sangat jauh berbeda sengaja Allah swt ciptakan hanya untuk ‘ibadah’ mengabdi kepada Rabbnya.
Apalagi seorang guru agama Islam yang akan memberikan materi keislaman kepada siswanya harus benar-benar lapang dada, luas pandangan, bisa menerima berbagai perbedaan, bukan hanya seorang guru agama Islam dituntut untuk luas cakrawala memahami perbedaan yang ada di masyarakat tetapi juga harus mampu menunjukkan anega ragam perbedaan itu dan memberikan kebebasan siswa untuk ‘memilih’ ajaran yang akan dilakukannya dengan kekuatan argumentasi sehingga mereka akan terbiasa dengan perbedaan dan tidak akan melakukan pemaksaan terhadap apa yang diyakini kepada orang lain yang amalannya berbeda. Merek akan memahami bahwa Islam itu ‘universal’ luas ajarannya, banyak pilihannya yang demikian tentu akan menambah keimanan mereka, meningkatkan keyakinan dalam beribadah kepada Allah swt. Sehingga mereka ikut menentramkan kehidupan beragama di masyarakatnya.

Senin, 21 Desember 2009

Guru Tamu Asing


Sabtu, 5 Desember 2009, SMP PGRI 7 Sedati Sidoarjo mendatangkan Guru Tamu dari Melbourn Deakin University of Australia they're Jay, Elisa and Michael. Sejatine Londo telu yo iku kepingin dadi guru, ono sing kepingin mulang matematika, ono sing pingin mulang Biologi, I think they don't know nek bayarane techer only a little tuitik tenan. ternyata antusias buanget siswa-siswin yang diajar mereka bisa praktek berbahasa Inggris meski agak 'clometan' tapi keberanian mereka patut dihargai. Don't worry I'll someone comes again to our school may be from Singapore or Malaysia. Masih ada kesempatan kalian memperdalam bahasa inggris kalian, sopo ero ujug-2 ono londo teko maneh hi..hi.hi..Kamu bisa kok tetap berhubungan sama mereka via facebook!! Meski Elisa Cuantiiik tapi nggak sombong kok, opo mane Jay lan Michael sing ngguanteng iku sabar, funny and enjoyment.

Minggu, 02 Agustus 2009

Cara mudah menjadi guru kreatif


(Refleksi Pelatihan Guru kreatif di Pangkalan Kerinci, Riau 3 Mei 2009)
Seorang guru di kelas saat bertugas membelajarkan siswa nya terkadang mempunyai berbagai macam kendala dan dilema. Keduanya bisa datang dari dalam guru itu pribadi, seperti masalah rumah tangga, keuangan sampai masalah pribadi atau datang dari sekolah tempat ia bekerja. Jika masalah datang dari sekolah tempat guru bekerja maka bisa ditebak masalah yang hadir antara lain, kurangnya sarana atau sumber belajar, teman kerja atau atasan yang tidak mendukung bahkan menjatuhkan, kurikulum yang terlalu banyak, siswa yang tidak ada motivasi belajarnya dan banyak masalah lain yang membuat guru tidak maksimal dalam mengajar.
Namun jika kita menggunakan kaca mata siswa dalam menilai proses belajar mengajar, maka akan kita dapatkan perspektif yang menarik. Buat mereka ternyata apa yang menjadi masalah buat guru bukan masalah buat mereka. Misalnya terlepas dari ketiadaan bahan atau alat belajar mengajar atau apapun masalah yang gurunya alami dan rasakan, siswa lebih memilih untuk melihat gurunya ramah dan membuat mereka merasa diterima. Berat sekali bukan?
Tantangan kita sebagai pendidik ternyata sangat berat tapi juga bisa menjadi sangat sederhana. Cukup menampilkan diri kita yang gampang tersenyum, peduli, perhatian, mau melontarkan lelucon sesekali dan yang penting menguasai bidang pengajaran kita maka cukuplah kita sebagai guru bagi siswa dan siswi kita. Dimata siswa kita adalah guru yang segalanya walaupun ada internet, games pembelajaran, sampai DVD pembelajaran sebagai alternatif sumber pengetahuan.
Kesimpulan itulah yang saya dapatkan saat menjadi fasilitator pelatihan menjadi guru kreatif di Pangkalan Kerinci Pelalawan Riau. Selama setengah hari saya bertemu dengan banyak guru hebat yang mengikuti pelatihan dengan penuh semangat dan dedikasi. Selama pelatihan berlangsung dengan cermat dan tekun saya mendengarkan mereka berpresentasi, berdiskusi, bermain, mengeluarkan ide-ide hebat sampai bersama menyanyi lagu yang membuat kita tambah bersemangat dalam berkarya dan berprofesi sebagai guru.
Para peserta yang datang sangat beragam dari guru SD, SMP, SMU, STM sampai konsultan pendidikan bahasa asing untuk karyawan. Kehadiran saya memang untuk berbagi sambil menyemangati memgenai apa yang dimaksud dengan menjadi guru kreatif, dan jalan apa yang ditempuh untuk mencapainya. Mengingat tidak mudahnya dan banyaknya hal yang merintangi. Tetapi dibalik itu semua dengan memilih untuk menjadi guru yang kreatif berarti kita dengan segala daya menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, dan menggunakan kacamata atau perspektif mereka dalam melihat atau menilai seorang guru.
Lewat diskusi dan acara berbagi yang mengasyikkan akhirnya semua yang hadir dalam pelatihan menyetujui bahwa profil guru yang baik dan kreatif dalam perspektif siswa adalah;
Yang suka memberi inspirasi, dan tidak pernah membiarkan siswa mencapai dibawah hal yang semestinya bisa dan mampu dilakukannya
Membuat siswa merasa dirinya penting dan diterima.
Siswa merasa guru mengenalnya sebagai pribadi
Selalu ingin yang terbaik dari siswa
Punya selera humor
Menguasai bidang yang menjadi bidang pengajarannya dan selalu ingin meningkatkan pengetahuan mengenai hal yang menjadi mata pelajaran yang diembannya dan mengajarkannya dengan menarik.
Selalu mau mendorong siswa untuk mau menjawab diluar jawaban yang ada dibuku teks
Mengajarkan hal yang baru
Mendengarkan ide-ide siswa
Percaya diri
Seperti biasa disetiap pelatihan yang saya bawakan, banyak ide serta tips yang praktis yang bisa langsung dipraktekkan dikelas oleh guru-guru yang hadir. Dengan demikian sepulangnya dari pelatihan atau seminar, ada hal yang langsung bisa dipraktekkan bersama siswa dan guru pun menjadi lebih percaya diri dan yakin bahwa berubah menuju arah yang lebih baik tidak sulit yang dibayangkan.
Template Design by faris vio