Senin, 21 September 2009

Sejarah Asal Budaya Halal Bi Halal


Sejarah Asal Mula Halal Bihalal
September 8th 2009 Posted by em.yazid
Filosofi Idul Fitri
Tanbihun.com – Seorang budayawan terkenal Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya tradisi Lebaran itu meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama. Untuk mengetahui akulturasi kedua budaya tersebut, kita cermati dulu profil budaya Islam secara global. Di negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia (selain Indonesia), sehabis umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri tidak ada tradisi berjabatan tangan secara massal untuk saling memaafkan. Yang ada hanyalah beberapa orang secara sporadis berjabatan tangan sebagai tanda keakraban.
Menurut tuntunan ajaran Islam, saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain (Alquran Surat Ali Imran ayat 134).
Budaya sungkemDalam budaya Jawa, seseorang “sungkem” kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”. Istilah “ngapura” tampaknya berasal dari bahasa Arab “ghafura”.
Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika dia masih bersalah kepada orangorang lain yang dia belum minta maaf kepada mereka?
Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masingmasing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar (selesai), dan dosa-dosanya telah lebur (terhapus).
Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam.
Sejarah halal bihalalSejarah asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bihalal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama.
Sampai pada tahap ini halal bihalal telah berfungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat. Dan dengan adanya acara saling memaafkan, maka hubungan antarmasyarakat menjadi lebih akrab dan penuh kekeluargaan.
Karena halal bihalal mempunyai efek yang positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka tradisi halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini di negeri kita sering terjadi konflik sosial yang disebabkan karena pertentangan kepentingan.
Makna Idul FitriAda tiga pengertian tentang Idul Fitri. Di kalangan ulama ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada kesucian. Artinya setelah selama bulan Ramadan umat Islam melatih diri menyucikan jasmani dan rohaninya, dan dengan harapan pula dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, Maka memasuki hari Lebaran mereka telah menjadi suci lahir dan batin.
Ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada fitrah, atau naluri religius. Hal ini sesuai dengan Alquran Surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan puasa adalah agar orang yang melakukannya menjadi orang yang takwa atau meningkat kualitas religiusitasnya.
Ada pula yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada keadaan di mana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Di kalangan ahli bahasa Arab, pengertian ketiga itu dianggap yang paling tepat.
Dari ketiga makna tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam memasuki Idul Fitri umat Islam diharapkan mencapai kesucian lahir batin dan meningkat kualitas religiusitasnya. Salah satu ciri manusia religius adalah memiliki kepedulian terhadap nasib kaum yang sengsara. Dalam Surat Al-Ma’un ayat 1 -3 disebutkan, adalah dusta belaka kalau ada orang mengaku beragama tetapi tidak mempedulikan nasib anak yatim. Penyebutan anak yatim dalam ayat ini merupakan representasi dari kaum yang sengsara.
Oleh karena itu dapat kita pahami, bahwa umat Islam yang mampu wajib memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin, dan pemberian zakat tersebut paling lambat sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. Aturan ini dimaksudkan, agar pada waktu umat Islam yang mampu bergembira ria merayakan Idul Fitri jangan ada orang-orang miskin yang sedih, atau sampai menangis, karena tidak ada yang dimakan.
Agama Islam sangat menekankan harmonisasi hubungan antara si kaya dan si miskin. Orang-orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat mal (harta), untuk dibagikan kepada delapan asnaf (kelompok), di antaranya adalah kaum fakir miskin.
Dari uraian di muka dapat disimpulkan, bahwa Idul Fitri merupakan puncak dari suatu metode pendidikan mental yang berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan profil manusia yang suci lahir batin, memiliki kualitas keberagamaan yang tinggi, dan memelihara hubungan sosial yang harmonis. hf/http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=10938&Itemid=62
________________________________________________________________________
Drs H Ibnu DjarirKetua Majelis Ulama Indonesia (MUI)Provinsi Jawa Tengah.

Selasa, 15 September 2009

improve relationship with Allah


We can still improve our relationship with Allah by doing more voluntary good deeds. These voluntary good deeds may take the form of extra prayers, fasts, charity (sadaqa). This can also include reading and understanding the Qur’an, memorizing more of it – even competing with family or friends, and generally helping others, whenever we can. We can even avoid raising our voices, avoid arguing - and of course swearing… We can do more for our parents, share more with our brothers and sisters – whether blood relatives or not… In fact, it is also an obligation for Muslims to seek knowledge from the cradle to the grave. If we are sincerely doing this for Allah, He will support our efforts and in this way we will feel closer to Allah. The Qur’an says in Surah 47, verse 17:
*{And [as for] those who follow the right direction, He increases them in guidance and gives them their guarding [against evil]}*
Then, the knowledge we learn should be put to some use. That is, we should contribute to the society we find ourselves in. We can find ways to help, for example, some people give speeches in schools, visit the elderly, run errands for those who have limited mobility, help younger ones with homework, teach if they have skills that are in demand, etc. For example, there is a growing movement in the UK for community centers, to be utilized by ethnic groups for learning functions. This includes teaching computer skills, aerobics, language classes – Arabic - and so on. I don’t know if this is a possibility in your country, or if you can even use classrooms in schools after the classes have finished? In addition, there is this product that I used. It was a computer based quiz program (PCIQ) available from the Islamic Computing Center – along with others - where you can learn a little about Islam. You can do this, at the same time as competing with a friend on your knowledge of Islam. You might have to have Arabic on the computer though; it is a long time since I tried it. Also, there are probably other products available on the market through companies such as Sound Vision. Also, every Muslim should be familiar with the life of Muhammad (pbuh). In fact, I recommend the Sealed Nectar, which is a very good account in English. Also, we should read the stories of the sahabah (companions of the messenger), may Allah be pleased with them all. One of the easy books is the Asharah Mubasharah (the story of each of the ten companions, whom were given the news in their own life-time that they would go to Paradise.) If you have a group of friends, you might consider discussing audiotapes and/or videos in a group. There are some excellent ones produced, which include Qur’an and science, evolution by Harun Yahya and the life of Muhammad (pbuh), for example… Alternatively, there are various Harun Yahya websites and just about all of their books are available as free downloads. A word of caution here, make sure the websites you visit for Islam are really ones run by Muslims. There are a few out there, which claim to offer information on Islam, but they are not offering authentic Islam. The last suggestion is to find yourself a group of good religious friends. Have someone as the coordinator and do some group study of the Qur’an and sunnah (biography of the messenger). It is best to do this with a native Arabic speaker, or at least someone who knows Arabic. That way, you stay within the boundary of the Qur’anic Arabic, when you have your discussions. These are known as ‘study circles’. Generally, you study a passage from the Qur’an, read and discuss a hadith (sayings of the messenger) and look to see how to apply these in your daily life. While this can be done on an individual basis, it is easier in a group. Perhaps even a family group, if there were not many Muslims around you, would be a good idea… One more thing, perhaps, to bear in mind, is that the first revelations to Prophet Muhammad (pbuh) came to build up the inner person, to improve one’s faith, to strengthen one’s ‘imaan (faith and belief), to give hope of Paradise and how to avoid Hell. Therefore, the Makkan Surah’s are the ones to study first, perhaps... I also remember, over 30 years ago, when I came to Islam, people used to ask me: “Did you first read the Qur’an from the front or from the back?” The point being, the ones at the back are short, generally they only deal with one issue at a time. Therefore, they are easier to understand… I have taken your words of ‘having fun’ to mean sharing with others, as learning is a serious business. On a more light-hearted approach you could look into various cultural aspects of the Muslim world. Some aspects of culture are not always Islamic. This is even in Islamic countries. In fact, you and every Muslim need to be aware of that. Food is usually such a fascinating subject and dress is another… But, there is also architecture and calligraphy, and probably more that you can think of. It really depends on your own interests. God willing, you will have an exciting time learning and practicing your religion. Thank you and please keep in touch.

Rabu, 09 September 2009

Apa sebab Amerika maju??


Pernah nggak berpikir mengapa Amerika maju ? Saya sempat mengajukan pertanyaan ini ke diri sendiri. Dalam bidang teknologi misalnya, banyak penemuan baru di dunia berasal dari Amerika. Bahkan kalau mau dikhususkan di bidang software dan Internet, mungkin di atas 90% perusahaannya berasal dari Amerika ! Coba perhatikan nama-nama ini: Microsoft, IBM, Google, Yahoo, YouTube, MySpace, Netscape, Oracle … semuanya adalah perusahaan Amerika.Untuk perusahaan software yang besar di luar Amerika saya hanya bisa memikirkan SAP dan Corel.

Semua ini membuat saya penasaran. Masalahnya, secara intelektual saya pikir Amerika tidak unggul. Dalam olimpiade ilmiah misalnya, tidak terdengar mereka menjadi juara dunia. Yang merajai adalah Cina atau negara-negara Eropa Timur (dan belakangan juga Indonesia tentunya :)). Dalam buku The World is Flat banyak ditulis bagaimana anak-anak di Amerika pendidikannya tertinggal dibandingkan banyak negara lain. Orang-orang Asia bekerja lebih keras dan seringkali mempunyai prestasi lebih tinggi dari orang Amerika. Dengan keadaan seperti itu bagaimana mereka bisa begitu menonjol di dunia ?


Jawaban untuk ini tersirat di dalam The World is Flat dan saya pikir inilah kuncinya:

Amerika adalah mesin mimpi terbesar di dunia

Apa yang dimaksud dengan “mesin mimpi” ? Ini dia:

1. Setiap orang bebas memiliki mimpinya sendiri-sendiri
Ini adalah keunggulan dari negara yang bebas seperti Amerika. Setiap orang bisa memiliki mimpinya sendiri-sendiri tanpa dibatasi oleh sistem politik, sosial, dan lain-lain. Di banyak negara lain hal ini tidak terjadi. Ada saja peraturan yang membatasi mimpi mereka. Inilah salah satu keunggulan Amerika dari Cina yang menerapkan sistem komunis. Di Cina masih banyak peraturan yang membatasi, khususnya kalau bersentuhan dengan politik. Terus terang saja, saya sama sekali tidak percaya Cina akan bisa menjadi kekuatan ekonomi terbesar dunia selama mereka masih menerapkan sistem komunis seperti sekarang.
2. Setiap orang didorong untuk mewujudkan mimpinya
Mungkin semua orang bisa mempunyai mimpinya sendiri-sendiri, tapi untuk mewujudkan mimpi pasti tidak mudah mengingat risiko yang diambil. Nah, di Amerika orang-orang didorong untuk mewujudkan mimpinya. Dengan cara apa ? Yaitu dengan tersedianya insentif finansial yang sangat besar kalau mereka berhasil mewujudkan mimpinya. Insentif ini terutama dalam bentuk IPO (initial public offering) di pasar saham dan akuisisi dari perusahaan yang lebih besar. Insentif IPO inilah yang menjadikan Sergey Brin dan Larry Page dari Google masuk daftar orang terkaya dunia dalam usia masih 30-an tahun. Dan insentif akuisisilah yang membuat orang-orang YouTube kebanjiran uang setelah dibeli Google.
Satu hal lagi yang juga membantu adalah kenyataan bahwa di Amerika setiap orang menerima imbalan sesuai dengan kemampuan dan kontribusi masing-masing (sistem meritokrasi). Ini berbeda dengan keadaan di kerajaan-kerajaan kaya minyak di mana para bangsawannya menjadi kaya raya semata-mata karena faktor keturunan
3. Setiap orang dibantu untuk mewujudkan mimpinya
Amerika memiliki sistem yang bagus untuk membantu orang mewujudkan mimpi mereka menjadi kenyataan. Yang pertama adalah dari segi hukum, di mana sangat mudah untuk mendirikan maupun menutup perusahaan. Akibatnya orang-orang tidak bimbang untuk memulai perusahaan baru. Yang kedua - dan ini mungkin paling menentukan - adalah tersedianya dana secara besar-besaran bagi orang-orang “gila” melalui venture capital (VC). Karena banyak mimpi membutuhkan dana tidak sedikit untuk diwujudkan, VC inilah yang memungkinkan mimpi-mimpi tersebut menjadi kenyataan. Para venture capitalist di Amerika memiliki sistem yang sangat handal untuk memilih dan memoles ide yang berprospek untuk didukung.

Dari sini tidak heran kalau banyak ide gila muncul dan berkembang di Amerika dan bukannya di negara lain. Mungkin banyak hal lain di Amerika mudah ditiru, tapi saya yakin akan sangat sulit untuk meniru “mesin mimpi” ini. Meskipun begitu, siapa tahu Indonesia suatu saat juga bisa menjadi mesin mimpi. Bagaimana, mungkin tidak Indonesia menjadi mesin mimp


Template Design by faris vio